Eunice Hasiholan Feromida adalah salah satu dari tiga mahasiswa Prodi Jerman Universitas Indonesia yang menerima beasiswa Hochschulsommerkurs dari DAAD (Deutscher Akademischer Austauschdienst). Nah, kali ini Eunice akan menjawab beberapa pertanyaan tim Sprich! seputar beasiswa tersebut, mulai dari tahap seleksi yang harus dilalui hingga kegiatan yang dilakukannya selama kursus berlangsung. Penasaran? Yuk simak informasi selengkapnya di bawah ini!
Sprich! (S): Hai, Eunice! Apa kabar? Bagaimana rasanya menjadi salah satu penerima beasiswa Sommerkurs DAAD?
Eunice (E): Hallo! Kabarku baik. Aku sangat senang dan bersyukur karena mendapat Stipendium (beasiswa) ini. Akhirnya aku bisa benar-benar merasakan kehidupan di Jerman itu seperti apa, tidak hanya mendengar cerita dari orang lain dan membayangkannya saja.
(S): Sebenarnya, beasiswa apa yang ditawarkan oleh DAAD?
(E): Nama beasiswa yang aku terima adalah Hochschulsommerkurs (kursus musim panas) atau disingkat HSK. Biasanya pada liburan musim panas, yaitu sekitar bulan Juni - Agustus, universitas-universitas di Jerman menyediakan kursus untuk mahasiswa dari seluruh penjuru dunia. Mahasiswa yang tertarik pada program ini dapat melihat banyak pilihan universitas yang berkerja sama dengan program beasiswa HSK dari DAAD melalui website resmi DAAD. Program kursus yang ditawarkan pun sangat beragam. Ada yang tentang film, sastra, pariwisata, persiapan TestDaF (tes bahasa untuk tingkat lanjutan) dan lain-lain. Aku sendiri memilih program kursus bahasa Jerman + Musikleben in Deutschland (Kehidupan musik di Jerman) yang bertempat di Universität Bayreuth.
(S): Selain belajar bahasa Jerman dan musik, apa saja kegiatan yang kamu kuti selama program kursus berlangsung?
(E): Selain bahasa, sebenarnya aku juga belajar tentang sejarah dan masalah politik negara Jerman. Ada pula kegiatan menarik lainnya, seperti berkunjung ke museum, olahraga, tur dengan perahu karet, hingga pesta dengan atmosfer internasional. Biasanya saat akhir pekan aku mengikuti kegiatan jalan-jalan ke luar kota yang biasa disebut sebagai Ausflug atau Exkursion.
(S): Adakah kesulitan yang kamu alami selama berada di Jerman?
(E): Ya, tentu saja. Walaupun aku sudah belajar bahasa Jerman untuk waktu yang lama, saat pertama kali aku tiba di Jerman aku merasa kaget untuk menggunakan bahasa itu. Kemudian seiring berjalannya waktu aku mulai bisa membiasakan diri untuk berbicara bahasa Jerman setiap hari. Kesulitan lainnya yang aku alami adalah ketertinggalanku saat sedang berdiskusi dengan peserta lain yang kebanyakan berasal dari negara-negara di Eropa. Diskusi yang berlangsung di kelasku lebih banyak membahas tentang situasi dan kondisi yang terjadi di Eropa. Sehingga, aku kesulitan untuk mengikuti konteks diskusi tersebut karena kondisi yang aku alami di Indonesia sangat jauh berbeda.
(S): Lantas bagaimana cara kamu mengatasinya?
(E): Aku berusaha untuk lebih sering berkomunikasi (mendengar dan berbicara) dengan bahasa Jerman di luar jam kursus agar terbiasa menggunakannya. Ketika diskusi berlangsung, aku memilih untuk lebih banyak mendengarkan dan menyerap informasi. Jadi, aku lebih banyak diam. Saat ada yang bertanya, barulah aku berbicara.
(S): Berapakah besar tunjangan yang bisa didapatkan oleh para penerima Sommerkurs DAAD?
(E): 950 Euro untuk biaya program kursus dan 875 Euro untuk biaya tiket pesawat PP Indonesia - Jerman. Kalau ditotal jumlahnya adalah 1.825 Euro atau sekitar kurang lebih 31 juta rupiah.
(S): Apa saja kelengkapan dan syarat yang harus dipenuhi untuk mendaftar?
(E): Kelengkapannya terdiri dari transkrip nilai, sertifikat kemampuan berbahasa Jerman, Curriculum Vitae, motivation letter, surat rekomendari dari dosen dan yang pasti adalah mengisi formulir pendaftarannya. Untuk informasi selengkapnya kamu bisa lihat di laman resmi DAAD.
(S): Bagaimana tahap seleksi yang harus dilalui hingga akhirnya berhasil diterima?
(E): Para mahasiswa yang sudah melewati proses seleksi IPK dapat mengikuti tes kemampuan bahasa Jerman secara online (onSET) untuk mengetahui tingkat (Niveau) bahasa Jerman mereka. Lalu mereka juga harus mempersiapkan berkas, seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya. Kemudian mengirimkannya ke kantor DAAD Jakarta sebelum batas waktu yang ditentukan. Berdasarkan pengalamanku, onSET diadakan pada bulan November 2017 dan deadline pengiriman berkas jatuh pada tanggal 1 Desember 2017. Setelah itu, aku harus bersabar cukup lama untuk mendengar pengumuman hasil seleksi, yaitu hingga pertengahan bulan Maret 2018.
(S): Ternyata proses seleksinya cukup sederhana ya. Adakah strategi khusus yang kamu terapkan agar bisa lulus seleksi?
(E): Karena sekarang sudah tidak ada proses wawancara lagi, jadi hal yang terpenting adalah fokus pada onSET dan motivation letter. Aku sendiri sudah memulai latihan untuk onSET dan bahkan menulis motivation letter-ku jauh-jauh hari sebelumnya.
Teks: Tim Redaksi Sprich! 2020
Foto: Dokumentasi Pribadi
Artikel ini pernah diterbitkan oleh Sprich! 2020 di issuu.com