Yuhuuu! Ada yang baru lulus nih. Sebelum sah menyandang gelar sarjana pada bulan Agustus 2018 lalu, tentunya Yosephine Lidia Gunawan atau yang lebih akrab disapa Ine ini juga harus menyelesaikan skripsi. Well, para mahasiswa pasti tahu dong bahwa mengerjakan skripsi bukanlah proses yang mudah dan cepat. Di sini, alumni Program Studi Jerman angkatan 2014 ini bakal cerita banyak tentang serba-serbi proses pengerjaan skripsinya.
Revisi Lagi, Revisi Lagi
Ketika ditanya bagaimana perasaannya setelah berhasil menyelesaikan skripsi dan lulus sidang, Ine mengaku senang dan bangga. “Ya... seneng lah, seneng banget malah. Itu tuh sebuah kebanggaan tersendiri bisa ngelewatin hal-hal kayak gitu. Apalagi, Sastra Jerman dibilang orang-orang merupakan segitiga bermudanya FIB. Hahaha,” ungkap cewek kelahiran 19 Oktober 1996 ini.
Ine memang wajib bangga karena dirinya lulus tepat waktu, sesuai dengan harapannya yakni 4 tahun. "Dari awal kuliah gue udah mikir: gue harus kelarin kuliah ini tepat waktu dan di waktu yang tepat. Tepat waktu karena kuliah gue masih dibiayain orang tua. Ya... Jadi, dari diri sendiri bakal berasa malu lah kalo jadi nambah waktu lulus dan nambah biaya kuliah, hehe. Kalo di waktu yang tepat sih, hmm, gue rasa 4 tahun kuliah di FIB terutama Sastra Jerman dengan segala ilmu yang udah didapat, baik di kelas maupun di luar, kayaknya udah cukup," tandasnya.
Namun lulus tepat waktu tak berarti bahwa proses pengerjaan skripsinya selalu berjalan mulus. Ine mengaku dirinya pernah menemui beberapa hambatan. “Haha, ya masalah pasti ada lah. Pernah tuh, temen-temen seangkatan yang lain sudah mulai masuk bab 3, tapi rumusan masalah gue belum di-acc sama dospem. Terus, revisian seringkali harus direvisi lagi. Kayak ga kelar-kelar skripsinya!" curhat penggemar berat Coldplay ini.
Orkes Jadi Tempat Gue "Kabur" dari Skripsi
Sudah menjadi hal yang lumrah, jika proses pengerjaan skripsi seringkali buat mahasiswa tingkat akhir jadi penat. Hal itu pun tidak dipungkiri Ine. Dia menjelaskan, meluangkan waktunya untuk melakukan hal lain menjadi sarana tepat untuk menghilangkan penat dengan urusan skripsi. “Gue pikir kayaknya bosan banget di semester akhir ini cuma skripsian aja dan cuma ambil 2 kelas belanja. Nah, gue pengin cari kegiatan lain aja yang nggak seberat magang atau kerja. Ternyata, latihan orkes (Orkes Simfoni Universitas Indonesia Mahawaditra) lah yang jadi tempat gue "kabur" dari skripsi," urai cewek bertinggi badan 172 cm ini.
Selain itu, Ine juga memiliki alasan lain mengapa dia tetap rutin mengikuti latihan orkes meski harus menyelesaikan skripsi tepat waktu. "Walaupun ada juga teman-teman di orkes yang nggak ikut konser karena lebih memilih untuk fokus mengerjakan skripsi, tapi itu tidak mempengaruhi gue untuk tetap ikutan. Ya, karena ini adalah persiapan untuk konser terakhir gue selama menjadi mahasiswa." katanya. Keputusannya ini tentu bukan main-main dan telah dia pertimbangkan sebelumnya. Ine sendiri tahu sejak awal konsekuensi yang harus dia tanggung di kemudian hari.
"Memang berat banget konsekuensinya," ungkapnya sambil tertawa. "Sibuk deh! Bahkan,
teman-teman seperbimbingan gue sudah gedek banget untuk memperingati gue supaya tidak tutti mulu. Terlebih lagi, saat mendekati deadline pengumpulan skripsi gue malah sibuk untuk keperluan konser," jawabnya sambil sedikit tertawa.
Akademik Selalu Menjadi Prioritas
Kendati waktunya banyak tersita untuk latihan dan konser orkes, Ine mengaku bahwa pendidikan tetaplah yang utama. “Skripsi gue harus selesai karena orkes nggak akan bisa bikin gue lulus kuliah,” ujarnya dengan antusias. Pernyataan itu patut kita acungi jempol. Minatnya yang sangat besar di bidang musik tidak menjadi hambatan bagi Ine untuk tetap menomorsatukan pendidikannya sehingga dapat lulus tepat waktu.
Kepada tim majalah Sprich! Ine juga menambahkan bahwa time management skills merupakan hal yang harus dimiliki setiap mahasiswa. Ine berpesan, “jangan sampai kewajiban menjauhkan kalian dari kegiatan yang digemari. Sebaliknya jangan sampai hobi kalian tidak tersalurkan karena terlalu sibuk kuliah. Semuanya harus berjalan dengan seimbang".
"Begini cara gue membagi waktu: latihan orkes setiap Kamis malam dan Sabtu siang; dan mengerjakan skripsi di hari selain itu. Gampang kan? Kalau ternyata ada jadwal latihan tambahan di hari lain, pastinya gue sesuaikan dengan deadline skripsi juga. Tapi harus gue akui pasti ada saja saat-saat yang menyebalkan, seperti misalnya ketika jadwal kuliah, mengerjakan skripsi dan latihan orkes berbentrokan. Namun, skripsi yang memakan waktu hingga kurang lebih 7 bulan itu akhirnya mampu gue selesaikan sejalan dengan latihan dan konser orkes," kisah cewek yang mengaku sedang berstatus jomblo ini.
*Tutti: istilah dalam dunia musik, dimana semua pemain melakukan hal yang sama. Dalam konteks ini mengarah pada latihan orkes di Salemba.
Teks: Tim Redaksi Sprich! 2020
Foto: Dokumentasi Pribadi
Artikel ini pernah diterbitkan oleh Sprich! 2020 di issuu.com