Perlu diketahui, terutama oleh para pemelajar Bahasa Jerman, bahwa bentuk dari Bahasa Jerman yang paling umum dikenal dan digunakan adalah Standard German (Bahasa Jerman standar). Standard German merupakan bentuk yang mulai berkembang pada awal abad ke-20 dan merupakan hasil dari upaya standarisasi High German (Hochdeutsch). Bentuk ini pula yang selalu diajarkan di sekolah-sekolah, memiliki aturan-aturan gramatikal dan pengucapan, serta digunakan dalam hampir semua komunikasi dalam bentuk tulisan. Perkembangan dari Standard German pun masih terus berlanjut hingga sekarang.
Sejarah Singkat Standarisasi Bahasa Jerman
Bahasa Jerman mempunyai sejarah yang panjang dalam perkembangannya hingga bisa terbentuk Standard German yang dikenal selama ini. Salah satu faktor yang menjadi awal tumpuan dari pengembangannya adalah ketika Martin Luther, menerjemahkan Perjanjian Baru (New Testament) dari Bahasa Yunani dan Ibrani ke Bahasa Jerman pada awal abad ke-16, kemudian ia menggunakan mesin cetak Gutenberg agar bisa memublikasikannya secara luas. Agar tulisannya mudah dipahami oleh masyarakat biasa, Luther menulis dalam bentuk yang hampir mirip dengan kata-kata yang diucapkan sehari-hari (vernacular). Selain itu, Luther juga menambahkan glosarium dengan penjelasan tambahan pada Alkitab terjemahannya. Dalam tulisannya yang berjudul Sendbrief vom Dolmetsche, menurutnya penting untuk memerhatikan cara masyarakat biasa berbicara untuk memahami penggunaan bahasa. Kutipannya yang cukup terkenal mengenai ini adalah „dem Volk aufs Maul schauen” (looking at the mouth of the people).
Gambar 1. Patung Luther (Sumber: commons.wikimedia.org) |
Ragam Bentuk Bahasa Jerman: dari Bentuk Standar sampai Dialek
Bahasa Jerman sering kali disebut sebagai pluricentric language karena mempunyai lebih dari satu bentuk standar yang digunakan di negara lain. Selain negara Jerman, kita mengetahui negara Austria dan Swiss—yang masih dalam satu daerah regional DACH—juga menggunakan Bahasa Jerman sebagai bahasa resminya. Perkembangannya yang cukup cepat membuat Bahasa Jerman mempunyai lebih dari satu variasi standar. Variasi standar lain dari Bahasa Jerman adalah Swiss Standard German dan Austrian Standard German. Perbedaan antara dua variasi ini salah satunya adalah ada beberapa kosakata yang hanya spesifik ada di negara tersebut, seperti jänner (Standard German: januar) di Austria atau zmorge (Standard German: frühstück) di Swiss. Dalam penulisan, Swiss Standard German tidak menggunakan “ß” (eszett) dan tetap menulisnya dengan “ss”. Selain itu, ada perbedaan pengucapan kosakata yang sama dan struktur grammatik antara tiga variasi tersebut yang mudah disadari oleh penuturnya.
Selain memiliki lebih dari satu variasi standar, penutur asli Bahasa Jerman mempunyai macam-macam dialek, tergantung di mana daerah mereka tinggal. Pada tahun 2009, survei yang dilakukan kepada lebih dari 2000 orang di Jerman menunjukkan bahwa 60% responden masih menggunakan dialek dalam percakapan sehari-hari, sebagian besar dari mereka juga tinggal di bagian utara Jerman. Selain itu, bagian timur Berlin juga merupakan daerah dengan proporsi penutur dialek tertinggi.
Gambar 2. Peta Persebaran Dialek Jerman (Sumber: language.mki.wisc.edu) |
Sampai saat ini, diketahui ada lebih dari 200 dialek Bahasa Jerman. Masing-masing dari dialek tersebut mempunyai kata, frasa, maupun struktur yang cukup berbeda dari Bahasa Jerman standar sehingga dapat membingungkan bagi orang yang baru saja belajar Bahasa Jerman (atau mungkin penutur asli Bahasa Jerman sendiri). Walaupun begitu, keberadaan dialek membuat Bahasa Jerman sebagai bahasa yang kaya akan keberagaman linguistik dan menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut. Beberapa kanal YouTube yang memberi edukasi mengenai Bahasa Jerman, seperti Easy German dan DontTrustTheRabbit, juga membuat video-video untuk memperkenalkan dialek-dialek Jerman kepada penonton di seluruh dunia.
Keberadaan variasi dialek dalam Bahasa Jerman sudah ada sejak lama dan berhubungan dengan bahasa yang digunakan oleh suku-suku Germanic pada masanya. Dari beberapa arsip yang ditemukan, bahkan sastrawan Jerman ternama seperti Goethe dan Schiller pun menggunakan dialek ketika berbincang. Goethe, yang berasal dari Frankfurt, menggunakan dialek Hessian, sedangkan Schiller, yang berasal dari Stuttgart, menggunakan dialek Swabian pada masa mudanya. Bentuk dialek ini juga ditemukan pada beberapa surat-surat yang ia tulis. Ada sebuah kutipan menarik mengenai dialek yang ditulis oleh Goethe di buku autobiografinya yang berjudul Dichtung und Wahrheit: „jede Provinz liebt ihren Dialekt: denn er ist doch eigentlich das Element, in welchem die Seele ihren Atem schöpft.” (every region loves its dialect, for it is actually the element in which this soul draws its breath).
Low German: Dialek atau Bahasa?
Setelah sebelumnya kita mengenal Standard German yang sering kali dianggap sinonim dengan High German, mari kita mengenal variasi dari Bahasa Jerman yang lain akibat perkembangannya selama berabad-abad, yaitu Low German atau Plattdeutsch. Istilah Low German sendiri sebenarnya bukan menyiratkan inferioritas, melainkan berasal dari mana mayoritas penuturnya secara geografis, yaitu berada di bagian utara Jerman yang ketinggiannya lebih rendah dibandingkan penutur High German. Kata platt sendiri berarti “jelas” atau “dipahami oleh semua orang”.
Gambar 3. INS (Sumber: de.wikipedia.org) |
Perbedaan besar yang ada di antara keduanya sering kali dianggap sebagai dua bahasa yang berbeda. Perbedaan besar dari kedua variasi tersebut adalah apa yang terjadi pada konsonannya seiring berjalannya waktu. Hanya High German yang mengalami perubahan tersebut, sementara itu Low German tetap tidak terpengaruh. Hal ini disebut High Germanic consonant shift. Contoh dari perubahan terkait hal ini meliputi:
- [p] menjadi affricate [pf] atau [f]
- [k] menjadi affricate [ch]
- [t] menjadi [s] atau [tz]
Salah satu contoh perubahannya adalah kata appel menjadi apfel dan eten menjadi essen.
Sampai saat ini, masih ada perbedaan pendapat mengenai apakah Low German merupakan dialek atau bahasa. Perbedaan ini sering kali cenderung bersifat sosiopolitik daripada linguistik. Low German sendiri dianggap sebagai dialek karena tidak punya bentuk terstandarisasi yang sudah resmi, bahkan dianggap inferior dan diasosiasikan dengan masyarakat yang kurang berpendidikan. Di samping itu, beberapa ahli bahasa berpendapat bahwa Low German merupakan bahasa karena dapat dibedakan dengan jelas dari High German akibat dari High German consonant shift. Pada tahun 1999, pemerintah Jerman juga telah mengakui Low German sebagai bahasa regional yang harus dilindungi melalui “European Charter for Regional or Minority Language”. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh dua institusi Bahasa Jerman di sembilan daerah regional bagian utara Jerman menunjukkan, 59,2% dari masyarakat di Jerman bagian utara menganggap bahwa Low German sebagai dialek dan hanya 39% yang menganggap sebagai bahasa. Masing-masing daerah regional juga menunjukkan pendapat yang berbeda. Pendapat bahwa Low German merupakan dialek paling banyak berasal dari Saxony-Anhalt dan Brandenburg. Sebaliknya, lebih dari setengah partisipan di Hamburg dan Schleswig-Holstein menganggapnya sebagai bahasa.
Peran Dialek dan Bahasa Regional serta Upaya Menjaganya
Tidak bisa dipungkiri, penggunaan Bahasa Jerman dalam bentuk standar sebagai bahasa nasional memudahkan komunikasi antar wilayah dengan lebih banyak orang dengan latar belakang linguistik berbeda. Dalam hal ini, bahasa nasional adalah instrumen yang kurang lebih memiliki fungsi yang mirip dengan lingua franca. Walaupun bertujuan agar terciptanya persatuan dalam berbahasa, hal ini juga menciptakan sebuah ancaman pada kelompok heterogen yang masih menggunakan bahasa atau dialek regional, yang mana berperan penting dalam mempertahankan keberagaman linguistik.
Perbedaan antara dialek dan bahasa yang tidak selalu jelas masih menjadi perdebatan di antara para ahli bahasa. Pembedaan maknanya melibatkan pertimbangan linguistik, sosiopolitik, dan budaya menjadikannya hal yang cukup kompleks dan bergantung pada konteks yang diperlukan. Mengesampingkan perdebatan tersebut, perlu diingat bahwa bahasa dan dialek merupakan bagian krusial dari identitas suatu kelompok. Dialek, terutama dalam Bahasa Jerman, dapat mencerminkan sejarah penuturnya dan memberi informasi penting dari perkembangan sebuah bahasa. Dialek dalam Bahasa Jerman sendiri ada beberapa yang diakui di beberapa negara di luar Eropa, seperti Amerika Serikat.
Salah satu dialek dalam Bahasa Jerman yang didokumentasikan dengan baik di luar Eropa adalah Texas German. Dialek ini merupakan hasil dari budaya imigran Jerman yang berkembang cukup pesat di abad ke-19. Di masa sekarang, hanya sedikit orang yang mengetahui bentuk variasi ini, sehingga salah satu universitas di negara bagian tersebut mulai mendata penutur dari Texas German. Ini bertujuan untuk mencerminkan kekayaan budaya dan linguistik, sekaligus mengumpulkan penelitian tentang keragaman bahasa untuk memahami dasar sebuah bahasa dan perubahannya.
Dalam Atlas of the World's Languages in Danger, UNESCO meninjau ada tujuh dialek dalam Bahasa Jerman, termasuk Bavarian, sebagai tergolong “rentan”. Empat dialek, termasuk Yiddish, sebagai “pasti terancam punah” dan dua (Saterlandic dan North Frisian) sebagai “sangat terancam punah”. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Low German juga termasuk bahasa regional yang perlu dilindungi oleh pemerintah Jerman dalam European Charter for Regional or Minority Languages.
Salah satu upaya untuk menjaga Low German agar tetap ada dilakukan oleh pemerintah Mecklenburg-Western Pomerania, dengan mengadakan kelas Low German di enam sekolah mulai pada Maret 2017. Bahkan ada beberapa orang tua yang belum pernah mempelajari Low German, tetapi ingin anak-anak mereka mempelajari bahasa tersebut. Ini membuktikan bahwa Low German kembali mempunyai citra yang positif. Upaya lain agar membuatnya semakin relevan dengan anak muda adalah dengan menyelenggarakan kontes band tahunan bernama Plattsounds. Sebuah pop band dari Hamburg bernama Die Tüdelband adalah salah satu musisi lokal yang merilis lagu menggunakan Low German dan mendapat reaksi yang sangat baik. Hal ini sangatlah membantu agar meningkatkan minat dan dukungan terhadap Low German sebagai bagian dari bahasa maupun musik.
Jerman merupakan negara multikultural yang memiliki variasi budaya yang terbentuk dari berbagai faktor. Adanya bahasa dan dialek membantu menjaga budaya, tradisi, dan identitas komunal yang telah terbentuk. Memahami bahwa kedua hal ini mempunyai peran yang cukup penting, terutama di Jerman sendiri, dapat membantu kita melihat kompleksitas dan menariknya keberagaman yang ada.
Teks: Amira Shofia
Penyunting: Muhammad Mirza
Ilustrasi: Audrey Latricia S.